Price Diva

blog seorang newbie… blog berisi artikel sistem infomasi, sourcecode visual basic 6, delphi, artikel islam, download wordpress themes, script php mysql, ajax, javascripts

Sunnah dan Adab Ketika Mengerjakan Puasa

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dita : Apa sajakah adab (tata cara) berpuasa ?

 

Jawaban

Sunnah dan Adab Ketika Mengerjakan Puasa

Termasuk salah satu adab berpuasa ialah membiasakan diri bertakwa kpd Allah SWT dgn mengerjakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, sesuai dgn firman Allah SWT Artinya : Hai orang-orang yg beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa [Al-Baqarah : 183]

Sesuai pula dgn sabda Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam Artinya : Barangsiapa yg tdk meninggalkan kata-kata dusta dan mengerjakan kedustaan, maka Allah tdk butuh kpd amalan dalam meninggalkan makanan dan minumannya.

  1. Termasuk adab dalam berpuasa lain ialah memperbanyak sedekah, amal kebaikan, beruntuk baik kpd orang lain, terutama di bulan Ramadhan, sungguh Rasulullah Shallallahu SAW ialah orang yg paling dermawan, beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan tatkala Jibril menjumpai untuk bertadarrus Al-Quran
  2. Juga merupakan adab puasa menjauhi apa yg diharamkan Allah berupa kebohongan, mencela, mencaci, menipu, khianat, melihat barang yg haram, mendengarkan hal yg haram, serta peruntukan haram lain yg hrs dijauhi oleh orang yg sedang berpuasa dan teman-teman yg lain, tetapi terhadap orang yg puasa lebih dikuatkan perintahnya.
  3. Adab puasa yg lain ialah makan sahur, mengakhirkan sahur, sesuai sabda Nabi SAW. Artinya : Makan sahurlah kalian krn di dalam sahur ada barokah
  4. Termasuk adab puasa ialah berbuka puasa dgn kurma basah (matang), jika tdk didptkan boleh dgn kurma kering, jika itupun tdk diperoleh maka dgn air, menyegerakan berbuka tatkala telah jelas benar tenggelam matahari, atau dia benar-benar yakin bahwa matahari telah tenggelam, berdasarkan sabda Nabi SAW Arti : Senantiasa orang banyak berada dalam kebaikan selagi mereka menyegerakan berbuka puasa.

[Dari kitab Majmu Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit Pustaka Arafah]

Referensi

  • Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum, Bab : Orang yg tdk meninggalkan kata-kata dusta, megerjakan (1903)
  • Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum. Bab : Paling dermawan Nabi terjadi di bulan Ramadhan (1902)
  • Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum. Bab : Barakah sahur (1923). Muslim, Kitab : Shiyam. Bab : Keutamaan sahur (1905)
  • Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum. Bab : Menyegerakan buka puasa

Apakah Puasa Enam Hari Syawal Dihrskan Terus Menerus ? Hukum Mengqadha Enam Hari Puasa Syawal ?

“Apakah Puasa Enam Hari Syawal Dihrskan Terus Menerus ? Hukum Mengqadha Enam Hari Puasa Syawal ?” ketegori Muslim.

Apakah Puasa Enam Hari Syawal Dihrskan Terus Menerus ? Hukum Mengqadha Enam Hari Puasa Syawal ?

Kategori Puasa - Fiqih Puasa

Jumat, 28 Oktober 2005 21:42:16 WIB

HUKUM MENGQADHA ENAM HARI PUASA SYAWAL

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz dita : Seorang wanita sudah terbiasa menjalankan puasa enam hari di bulan Syawal setiap tahun, pada suatu tahun ia mengalami nifas krn melahirkan pada permulaan Ramadhan dan belum mendpt kesucian dari nifas itu kecuali setelah habis bulan Ramadhan, setelah mendpt kesucian ia mengqadha puasa Ramadhan. Apakah dihrskan bagi untuk mengqadha puasa Syawal yg enam hari itu setelah mengqadha puasa Ramadhan walau puasa Syawal itu dikerjakan bukan pada bulan Syawal ? Ataukah puasa Syawal itu tdk hrs diqadha kecuali mengqadha puasa Ramadhan saja dan apakah puasa enam hari Syawal dihrskan terus menerus atau tdk ?

Jawaban
Puasa enam hari di bulan Syawal, sunat hukum dan bukan wajib berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Arti : Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan kemudian disusul dgn puasa enam hari di bulan Syawal maka puasa itu bagaikan puasa sepanjang tahun” [Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya]

Hadits ini menunjukkan bahwa puasa enam hari itu boleh dilakukan secara berurutan ataupun tdk berurutan, krn ungkapan hadits itu bersifat mutlak, akan tetapi bersegera melaksanakan puasa enam hari itu ialah lebih utama berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Arti : ..Dan aku bersegera kpd-Mu. Ya Rabbku, agar supaya Engkau ridha (kpdku)” [Thaha : 84]

Juga berdasarakan dalil-dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah yg menunjukkan kutamaan bersegera dan berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Tidak diwajibkan untuk melaksanakan puasa Syawal secara terus menerus akan tetapi hal itu ialah lebih utama berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Arti : Amalan yg paling dicintai Allah ialah yg terus menerus dikerjakan walaupun sedikit”

Tidak disyari’atkan untuk mengqadha puasa Syawal setelah habis bulan Syawal, krn puasa tersebut ialah puasa sunnat, baik puasa itu terlewat dgn atau tanpa udzur.

MENGQADHA ENAM HARI PUASA RAMADHAN DI BULAN SYAWAL, APAKAH MENDAPAT PAHALA PUASA SYAWAL ENAM HARI

Oleh
Syaikh Abduillah bin Jibrin

Pertanyaan
Syaikh Abduillah bin Jibrin dita : Jika seorang wanita berpuasa enam hari di bulan Syawal untuk mengqadha puasa Ramadhan, apakah ia mendpt pahala puasa enam hari Syawal ?

Jawaban
Disebutkan dalam riwayat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda.

“Arti : Barangsiapa yg berpuasa di bulan Ramadhan kemudian diikuti dgn puasa enam hari bulan Syawal maka seakan-akan ia berpuasa setahun”

Hadits ini menunjukkan bahwa diwajibkan menyempurnakan puasa Ramadhan yg mrpk puasa wajib kemudian ditambah dgn puasa enam hari di bulan Syawal yg mrpk puasa sunnah untuk mendptkan pahala puasa setahun. Dalam hadits lain disebutkan.

“Arti : Puasa Ramadhan sama dgn sepuluh bulan dan puasa enam hari di bulan Syawal sama dgn dua bulan”

Yang berarti bahwa satu kebaikan mendpt sepuluh kebaikan, maka berdasarkan hadits ini barangsiapa yg tdk menyempurnakan puasa Ramadhan dikrnkan sakit, atau krn perjalanan atau krn haidh, atau krn nifas maka hendak ia menyempurnakan puasa Ramadhan itu dgn mendahulukan qadha dari pada puasa sunnat, termasuk puasa enam hari Syawal atau puasa sunat lainnya. Jika telah menyempurnakan qadha puasa Ramadhan, baru disyariatkan untuk melaksanakan puasa enam hari Syawal agar bisa mendptkan pahala atau kebaikan yg dimaksud. Dengan demikian puasa qadha yg ia lakukan itu tdk bersetatus sebagai puasa sunnat Syawal.

[Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami’ah Lil Mar’atil Muslimah, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita 1, penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, terbitan Darul Haq, Penerjemah Amir Hazmah Fakhruddin]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1639&bagian=0

Sumber Apakah Puasa Enam Hari Syawal Dihrskan Terus Menerus ? Hukum Mengqadha Enam Hari Puasa Syawal ? : http://alsofwah.or.id


Apakah Lailatul Qadar Itu Sudah Pasti Pada Suatu Malam Atau Berpindah-Pindah Pada Setiap Tahunnya

“Apakah Lailatul Qadar Itu Sudah Pasti Pada Suatu Malam Atau Berpindah-Pindah Pada Setiap Tahunnya” ketegori Muslim.

Apakah Lailatul Qadar Itu Sudah Pasti Pada Suatu Malam Atau Berpindah-Pindah Pada Setiap Tahunnya

Kategori Puasa - I’tikaaf

Minggu, 23 Oktober 2005 21:04:51 WIB

APAKAH MALAM LAILATUL QADAR ITU SUDAH PASTI PADA SUATU MALAM ATAUKAH BERPINDAH DARI SUATU MALAM KE MALAM LAINNYA PADA SETIAP TAHUNNYA

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan,
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dita : Apakah malam Lailatul Qadar itu suah pasti pada suatu malam ataukah berpindah dari suatu malam ke malam lain pada setiap tahun ?

Jawaban
Tidak diragukan lagi bahwa Lailatul Qadar terjadi pada bulan Ramadhan. Allah berfirman.

“Arti : Sesungguh kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan” [Al-Qadar : 1]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjelaskan dalam ayat yg lain bahwa Dia telah menurunkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan.

“Arti : (Beberapa hari yg ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yg didalam diturunkan (permulaan) Al-Qur’an” [Al-Baqarah : 185]

Rasulullah pernah beri’tikaf pada sepuluh malam pertama bulan Ramadhan untuk mencari Lailatul Qadar, lalu beri’tikaf pada sepuluh malam pertengahan, hingga beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Lailatul Qadar ini pada sepuluh malam terkahir pada bulan Ramadhan.[1]. Kemudian terjadi persamaan mimpi di antara beberapa sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia terjadi tujuh malam terakhir dari Ramadhan. Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Arti : Saya melihat bahwa mimpi kalian saling bersesuaian terjadi pada tujuh malam terakhir. Maka barangsiapa yg ingin mencari hendaklah ia mencari pada tujuh malam terakhir”

Inilah pembatasan yg paling minimal dari penentuan dalam waktu tertentu.

Jika kita memperhatikan dalil-dalil tentang Lailatul Qadar, akan jelas bagi kita bahwa Lailatul Qadar itu berpindah dari satu malam ke malam lainnya. Ia tdk terbatas dgn satu hari tertentu pada setiap tahunnya. Nabi pernah diberi tahu dalam tidur tentang Lailatul Qadar. Sedangkan pagi hari beliau sujud di atas tanah yg tergenang air yg mana malam itu ialah malam ke dua puluh satu [3] Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda.

“Arti : Carilah Lailatul Qadar pada hari ganjil di sepuluh malam terakhir dari Ramadhan” [4]

Hal ini menujukkan bahwa Lailatul Qadar tdk terbatas pada satu malam tertentu. Dari sini terkumpullah dalil-dalilnya, sehingga seyogya seseorang selalu mengharap turun Lailatul Qadar pada setiap malam dari sepuluh malam terakhir. Dan pahala Lailatul Qadar itu diperoleh oleh siapa saja yg menghidupkan malam itu dgn penuh iman dan ikhlas, baik itu mengetahui atau tdk. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Arti : Barangsiapa bangun shalat pada malam Lailatul Qadar krn iman dan keikhlasan maka dosa yg telah lalu diampuni” [5]

Di sini tdk dikatakan, jika ia tahu waktu turunnya. Jadi tdk disyaratkan untuk mendptkan pahala Lailatul Qadar orang yg beribadah hrs mengetahui waktu dgn pasti. Tetapi barangsiapa beribadah pada setiap malam dari sepuluh malam terkahir bulan Ramadhan, krn keimanan dan keikhlasan maka kami yakin bahwa ia pasti mendptkan Lailatul Qadar sama saja apakah terjadi di awalnya, pertengahan ataupun akhirnya. Allah lah yg memberi taufik.

[Disalin dari kitab Majmu Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit Pustaka Arafah]
________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Bukhari dalam “Fadhlu Lailatul Qadri” Bab Mencari Lailatul Qadar (2016). Dan Muslim dalam “Shiyam” Bab Keutamaan Lailatul Qadar.
[2]. Hadits Riwayat Bukhari dalalm “Fadhilah Lailatul Qadar” Bab Mencari Lailatul Qadar (2015). Dan Muslim Dalam “Shiyam” Bab Keutamaan Lailatul Qadar (215).
[3]. Sudah ditakhrij
[4] Hadits Riwayat Bukhari Dalam “Shalat Tarawih” Bab Mencari Lailatul Qadar Pada Malam Ganjil Dari Sepuluh Malam Terakhir (1913). Dan Muslim Dalam “Shiyam” Bab Keutamaan Lailatul Qadar (1169)
[5] Hadits Riwayat Bukhari “Kitab Iman” Bab Sunnah Shalat Bulan Ramadhan Termasuk Dari Iman (37). Dan Muslim “Shalat Musafirin” Bab Hasungan Untuk Shalat Bulan Ramadhan (173).

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1624&bagian=0

Sumber Apakah Lailatul Qadar Itu Sudah Pasti Pada Suatu Malam Atau Berpindah-Pindah Pada Setiap Tahunnya : http://alsofwah.or.id


Apa Hikmah Diwajibkan Puasa ?

“Apa Hikmah Diwajibkan Puasa ?” ketegori Muslim.

Apa Hikmah Diwajibkan Puasa ?

Kategori Puasa - Fiqih Puasa

Sabtu, 22 Oktober 2005 07:49:23 WIB

APA HIKMAH DIWAJIBKANNYA PUASA ?

Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Pertanyaan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dita : Apakah hikmah dari diwajibkan pausa ? Jawaban Apa bila kita membaca firman Allah Azza wa Jalla. à ¢Ã¢”š ¬Ã…”œArti : Wahai orang-orang yg beriman ! Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwaà ¢Ã¢”š ¬Ã‚ [Al-Baqarah : 183] Pasti kita mengetahui apa hikmah diwajibkan puasa, yakni takwa dan menghambakan diri kpd Allah Subhanahu wa Taà ¢Ã¢”š ¬Ã¢”ž ¢ala, takwa ialah meninggalkan keharaman, istilah itu secara mutlak mengandung makna mengerjakan perintah, meninggalkan larangan, Nabi Shallallahu à ¢Ã¢”š ¬Ã‹Å“alaihi wa sallam bersabda. à ¢Ã¢”š ¬Ã…”œArti : Barangsiapa yg tdk meninggalkan kata-kata dusta dan mengerjakan kedustaan, maka Allah tidal butuh kpd amalan dalam meninggalkan makanan dan minumannyaà ¢Ã¢”š ¬Ã‚ [1] Berdasarkan dalil ini diperintahkan dgn kuat terhadap setiap yg berpuasa untuk mengerjakan segala kewajiban, demikian juga menjauhi hal-hal yg haram baik berupa perkataan maupun peruntukan, hendak dia tdk menggunjing orang lain, tdk berdusta, tdk mengadu domba antar mereka, tdk menjual barang jualan yg haram, menjauhi segala bentuk keharaman, apabila seorang manusia mengerjakan semua itu dalam satu bulan penuh maka itu akan memudahkan kelak untuk berlaku baik di bulan-bulan tersisa dalam setahun. Tetapi alangkah sedihnya, sebagian besar orang yg berpuasa tdk membedakan antara hari puasa dgn hari berbuka, mereka tetap menjalani kebiasaan yg biasa dijalani yakni meninggalkan kewajiban, mengerjakan peuntukan haram, tdk merasakan keagungan puasa ; peruntukan ini tdk membatalkan puasa tetapi mengurangi pahalanya, seringkali kesalahan itu merusak pahala puasa sehingga tersia-sialah pahalanya. [Disalin dari kitab Majmuà ¢Ã¢”š ¬Ã¢”ž ¢ Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit Pustaka Arafah] _________ Foote Note [1].Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum, Bab : Orang yg tdk meninggalkan kata-kata dusta, megerjakan (1903) Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1623&bagian=0 Sumber Apa Hikmah Diwajibkan Puasa ? : http://alsofwah.or.id


Ancaman Bagi Orang Yang Membatalkan Puasa Ramadhan Dengan Sengaja

“Ancaman Bagi Orang Yang Membatalkan Puasa Ramadhan Dengan Sengaja” ketegori Muslim.

Ancaman Bagi Orang Yang Membatalkan Puasa Ramadhan Dengan Sengaja

Kategori Puasa

Senin, 11 Oktober 2004 07:18:03 WIB

ANCAMAN BAGI ORANG YANG MEMBATALKAN PUASA RAMADHAN DENGAN SENGAJA

Oleh
Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaaly
Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid

Dari Abu Umamah Al-Bahili Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Arti : Ketika aku tidur, datanglah dua orang pria kemudian memegang dhahaya[1], membawaku ke satu gunung yg kasar (tdk rata), kedua berkata, “Naik”. Aku katakan, “Aku tdk mampu”. Kedua berkata, ‘Kami akan memudahkanmu’. Akupun naik hingga sampai ke puncak gunung, ketika itulah aku mendengar suara yg keras. Akupun bertanya, ‘Suara apakah ini?’. Mereka berkata, ‘Ini ialah teriakan penghuni neraka’. Kemudian kedua membawaku, ketika itu aku melihat orang-orang yg digantung dgn kaki di atas, mulut mereka rusak/robek, darah mengalir dari mulut mereka. Aku bertanya, ‘Siapa mereka?’ Kedua menjawab, ‘Mereka ialah orang-orang yg berbuka sebelum halal puasa mereka.[2] .” [3]

Adapun hadits yg diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Arti : Barangsiapa berbuka satu hari saja pada bulan Ramadhan dgn sengaja, tdk akan bisa diganti walau dgn puasa sepanjang zaman kalau dia lakukan”

Hadits ini lemah, tdk shahih. Pembahasan hadits ini secara rinci akan di bahas di akhir kitab ini.

[Disalin dari Kitab Sifat Shaum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, edisi Indonesia Sipat Puasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, terbitan Pustaka Al-Haura, penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata]
_________
Foote Note.
[1] Yakni : dua lenganku
[2] Sebelum tiba waktu berbuka puasa
[3] [Riwayat An-Nasa’i dalam Al-Kubra sebagaimana dalam Tuhfatul Asyraf 4/166 dan Ibnu Hibban (no.1800-zawaidnya) dan Al-Hakim 1/430 dari jalan Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, dari Salim bin ‘Amir dari Abu Umamah. Sanad Shahih]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1085&bagian=0

Sumber Ancaman Bagi Orang Yang Membatalkan Puasa Ramadhan Dengan Sengaja : http://alsofwah.or.id